Total Tayangan Halaman

About this blog!

Foto saya
JAKARTA, DKI JAKARTA, Indonesia
I put life in words, a daily journal of records, to grow my hobby into a fabulous creation. When inspiration takes me, i let it move and make me! Discover the wonderful pages here and a side of me you seldom see. Enjoy reading ;)

Featured Post

SEHAT MENTAL

Tak seperti  Physical Health Issue ,   Mental Health Issue seringkali luput dari perhatian masyarakat. Padahal keduanya mempunyai efek yang...

Jumat, 24 Juli 2020

BERTAHAN DI TENGAH PANDEMI

Charles Darwin bilang, yang bertahan bukan yang paling kuat atau yang paling pintar. Tapi yang paling adaptif sama perubahan.

Kegiatan paling masuk akal yang bisa kita lakukan di tengah pandemi Covid 19 ini adalah bertahan. Merujuk pada apa yang Charles Darwin bilang, kalo mau survive kita musti beradaptasi. Yap, di tengah wabah covid 19, kita harus adaptasi dengan New Normal, di mana keterbatasan manusia dalam berbagai aspek, dianggap normal.

Selama vaksin corona belum ditemukan, kita dipaksa terbiasa menggunakan masker, harus terbiasa jaga jarak, mencuci tangan, dan hidup lebih disiplin agar tidak terdampak virus corona. Seleksi alam akan sangat massive dan gila-gilaan. Terlebih lagi, sangat sulit menjaga kewarasan di tengah pandemi. Yang akhirnya, sebagian banyak dari kita mulai 'bodo amat'. Urusan perut dan masalah psikis, jadi faktor mengapa banyak yang mengabaikan risiko penularan virus.

Virus brengsek ini memang sangat berpengaruh di segala aspek kehidupan manusia, tanpa pandang bulu. Meskipun golongan ber-privilage punya lebih banyak pilihan, tetap saja, dampak dari covid 19 ini tak dapat dielakkan. Gak heran, kalo wabah bisa mengubah peradaban.

Menapak tilas sejarah peradaban dunia, bangsa Eropa pernah menjadi bangsa yang terdampak wabah penyakit. Pada kala itu, masyarakat Eropa terserang penyakit influenza yang penyebarannya sungguh massive. Merasa tak ada jalan keluar jika tetap tinggal, akhirnya keadaan memaksa mereka untuk hijrah ke luar negeri, mengarungi samudera, untuk menghindari maut. Dari sinilah akhirnya muncul cara hidup baru dalam masyarakat Eropa, yakni berpetualang mengarungi samudera, mencari tempat di luar sana dengan harapan hidup yang lebih baik. Inilah cikal bakal budaya KOLONIALISME yang selama berabad-abad ke depan, mendarah daging pada bangsa Eropa. Peradaban Eropa telah berubah.


Bagaimana peradaban yang terjadi saat ini? Seperti yang saya sebutkan di paragraf awal, covid 19 memaksa kita untuk hidup dengan cara baru. Budaya 'jaga jarak' melahirkan kebiasaan baru dalam berinteraksi. Pemanfaatan teknologi jadi sarana penunjang untuk mengamankan diri masing-masing. Meeting via zoom, tembak thermagun sebelum masuk ruangan, ngopi drive thru, dan banyak kebiasan baru lainnya. Kebiasaan-kebiasaan baru ini menunjukkan peradaban baru manusia mulai berubah.


Pertanyaannya, jika vaksin covid sudah ditemukan, apakah kebiasaan New Normal akan terus berlanjut? Apakah manusia yang bertahan akan terus beradaptasi dengan perubahan? Ataukah manusia terlalu malas untuk berubah menuju peradaban yang lebih baik? Let's see.


Saya pribadi mulai putus asa dengan adanya perubahan. Seringkali ingin menyerah dan bodo amat, saat kewarasan sudah berada di ambang batas. Selain netflix, mungkin saya butuh asupan spiritual yang lebih banyak to keep me away from insanity. Berteman dengan lingkungan sehat dan saling support, bisa juga jadi salah satu cara menjaga kewarasan. Karena menjaga kesehatan fisik dan mental, adalah satu-satunya jalan agar kita bisa ikut arus perubahan, untuk bertahan.