Total Tayangan Halaman

About this blog!

Foto saya
JAKARTA, DKI JAKARTA, Indonesia
I put life in words, a daily journal of records, to grow my hobby into a fabulous creation. When inspiration takes me, i let it move and make me! Discover the wonderful pages here and a side of me you seldom see. Enjoy reading ;)

Featured Post

SEHAT MENTAL

Tak seperti  Physical Health Issue ,   Mental Health Issue seringkali luput dari perhatian masyarakat. Padahal keduanya mempunyai efek yang...

Jumat, 13 Februari 2015

Pengasuh Anak


Tingkah lugu dan lucu si kecil, selalu membuat orang tua enggan meninggalkannya di rumah.
Namun saat berhadapan dengan kondisi harus bekerja, memakai jasa pengasuh anak menjadi alternatif untuk menjaga si kecil. Karena memberikan asuhan terbaik untuk si kecil, adalah keinginan setiap orang tua.
Di daerah perkotaan  yang sebagian besar penduduknya adalah pekerja kantoran, mulai bermunculan rumah penitipan anak atau lebih dikenal dengan daycare.
Sebagian orang tua yang sibuk bekerja, cenderung memilih jasa daycare untuk mengasuh anak mereka, ketimbang mempekerjakan baby sitter atau menitipkannya pada pembantu di rumah.
Catharina misalnya. Ibu satu anak yang bekerja di salah satu perusahaan swasta ini lebih memilih daycare dengan alasan keamanan.

"Pertama sih karena kalo di daycare itu dia kayak ada program untuk anak berkembang yah, gak mungkin kalo saya taro pembantu atau suster di rumah sama anak saya, gitu. Kan gak tau kontrolnya, siapa yang liat. Dia itu diapain, dijagain apa enggak. Jadi kita prefer daycare sih." tukas Catharina.
           
Lain halnya dengan Catharina, Dila, seorang ibu satu anak yang juga berprofesi sebagai karyawan swasta, lebih mempercayakan pengasuhan anak pada asisten rumah tangga
Menurutnya, keamanan lebih bisa didapatkan di rumah, dan pendidikan terbaik di usia dini bisa didapatkan di lingkungan rumah, walaupun tanpa sistem pengamanan khusus.
Usia 0 sampai 3 tahun adalah masa-masa usia emas bagi anak, dimana tumbuh kembangnya adalah yang paling maksimal. Jadi, bagaimana cara anda memberikan yang terbaik untuk buah hati anda?

Suasana di salah satu Daycare di Jakarta
Seorang anak dengan pengasuhnya (Asisten RUmah Tangga) di rumah

Minggu, 01 Februari 2015

Dani Weeks

Suku Dani


Suku Dani.
Suku yang mendominasi pulau kedua terbesar di dunia ini memiliki ragam budaya yang unik dan berpengaruh di Papua. Namun sayang, suku ini belum banyak diketahui masyarakat luas di Indonesia.
Hal ini membuat Evi Aryati, seorang tour operator berusia 34 tahun, menelurkan sebuah buku berjudul "The High Lander".

Berawal dari aktivitasnya sebagai tour operator, kedekatan Evi Aryati dengan Suku Dani mulai tumbuh seiring berjalannya waktu. Selama sepuluh tahun berinteraksi dengan Suku Dani, ia mencoba mendokumentasikan pengalamannya melalui buku berisi potret kehidupan Suku Dani secara lebih dekat.

Dengan keterbatasan jumlah eksemplar buku yang ia terbitkan, ia merasa belum cukup puas memperkenalkan suku Dani secara lebih luas.

Maka ia menyelenggarakan sebuag pameran bernama "Dani Weeks" yang diadakan di Jubilee International School.

Acara yang digelar tanggal 19 – 26 Januari 2015 ini menampilkan seluruh materi yang ada di buku The High Lander dalam bentuk pameran foto dan berbagai perkakas tradisional Suku Dani, serta pemutaran fil dan diskusi dengan para siswa.
Tidak tanggung-tanggung, Didi, seorang anak kepala Suku Dani juga ikut diboyong ke Jakarta, untuk diajak berinteraksi dengan para siswa Jubilee School.

Dengan pameran ini, ia berharap masyarakat Indonesia mengenal bangsa mereka sendiri dengan keberagaman dan menyadari kenyataan di Indonesia bahwa masih ada teman2 kita yang memilih hidup secara tradisional.

"You can explore the world, but you must know your country"
Itulah motto hidup Evi Aryati, seorang warga Indonesia yang menunjukkan bukti nyata bahwa ia mencintai negaranya sendiri.