Indonesia
pernah mengungguli negara-negara tetangganya dalam ilmu kedokteran. Keunggulan
ini justru bermula dari penyakit yang pernah mewabah besar-besaran di
Indonesia. yakni cacar. Hal itu terjadi
pada tahun 1804. Kala itu, bibit cacar pertama kali datang ke Batavia dari Isle
d France. Sebagai negara tropis, berbagai kuman penyakit dapat dengan cepat bersarang,
tak terkecuali cacar.
Keterbatasan mendatangkan dokter dari luar negeri, memunculkan inisiatif untuk mendidik masyarakat setempat, agar memiliki kemampuan mengobati penyakit. Kekhawatiran penjalaran penyakit cacar, mendesak Belanda untuk segera mendidik tenaga pembantu untuk melakukan vaksinasi cacar, atau biasa disebut juru cacar.
Empat tahun berikutnya, kualitas kegiatan kursus kesehatan ditingkatkan menjadi Sekolah Dokter Djawa. Lulus dengan masa pendidikan tiga tahun, para siswa berhak menyandang gelar Dokter Djawa, meski sebagian besar pekerjaannya adalah sebagai mantri cacar.
Seiring waktu, wewenang Dokter Djawa diperluas. Mereka tidak hanya tampil sebagai petugas vaksin seperti biasanya, melainkan sebagai dokter yang berada di bawah perintah langsung kepala pemerintah wilayah.
Sekolah Dokter Djawa berkembang. Hingga pada tahun 1889, namanya berubah menjadi Sekolah Pendidikan Ahli Kedokteran Pribumi. Namun sepuluh tahun kemudian, namanya berubah menjadi STOVIA, atau Sekolah Dokter Pribumi.
Keterbatasan mendatangkan dokter dari luar negeri, memunculkan inisiatif untuk mendidik masyarakat setempat, agar memiliki kemampuan mengobati penyakit. Kekhawatiran penjalaran penyakit cacar, mendesak Belanda untuk segera mendidik tenaga pembantu untuk melakukan vaksinasi cacar, atau biasa disebut juru cacar.
Empat tahun berikutnya, kualitas kegiatan kursus kesehatan ditingkatkan menjadi Sekolah Dokter Djawa. Lulus dengan masa pendidikan tiga tahun, para siswa berhak menyandang gelar Dokter Djawa, meski sebagian besar pekerjaannya adalah sebagai mantri cacar.
Seiring waktu, wewenang Dokter Djawa diperluas. Mereka tidak hanya tampil sebagai petugas vaksin seperti biasanya, melainkan sebagai dokter yang berada di bawah perintah langsung kepala pemerintah wilayah.
Sekolah Dokter Djawa berkembang. Hingga pada tahun 1889, namanya berubah menjadi Sekolah Pendidikan Ahli Kedokteran Pribumi. Namun sepuluh tahun kemudian, namanya berubah menjadi STOVIA, atau Sekolah Dokter Pribumi.
Museum Gedung Kebangkitan Nasional (STOVIA) |
Gedung yang sekarang bernama Museum Kebangkitan Nasional ini dulunya merupakan gedung STOVIA, tempat belajar para calon dokter pada masa Hindia Belanda. Sebelum menempati gedung ini, kegiatan belajar mengajar Dokter Djawa telah lama dilangsungkan di rumah sakit militer, yang sekarang dikenal dengan nama RSPAD Gatot Subroto. Namun setelah gedung STOVIA berdiri pada tahun 1899, kegiatan sekolah pindah ke sana.
Para pelajar di STOVIA semula wajib menggunakan pakaian daerah dan berbahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Hal itu mendesak para pelajar golongan Priyai untuk mengikuti kursus bahasa Belanda. Murid-murid inilah yang di kemudian hari mendirikan organisasi pergerakan kebangsaan Boedi Oetomo pada tahun 1908.
Ketika berada di ambang pembentukan Boedi Oetomo, para hadirin berkumpul di gedung STOVIA. STOVIA. Mereka bukan hanya terdiri dari murid STOVIA, tapi juga berasal dari Bogor, Bandung, dan Yogyakarta. Hari itu, rasa persatuan para pemuda bangsa sangat terasa. Tepuk tangan riuh bergemuruh, dan nyaring anti bangsa asing. Anak bangsa telah bangkit. Api kesadaran akan pentingnya nasionalisme mulai menyala di kalangan muda terpelajar.
Peristiwa itu menjadi penanda kebangkitan
bangsa. Dan gedung STOVIA pun namanya berubah menjadi Museum Kebangkitan
Nasional. Di gedung inilah, anak muda pelopor kebangkitan bangsa meninggalkan
jejak perjuangan.
Boedi Oetomo |
Kala
itu, ilmu kedokteran makin berkembang. Jumlah pelajar STOVIA pun terus
bertambah, hingga kegiatan sekolah ilmu kedokteran pindah ke Salemba, Jakarta
Pusat.
STOVIA
kala itu merupakan pusat komunikasi sosial pelajar seluruh indonesia. Kegiatan
ini terus berjalan hingga jaman pendudukan tentara Jepang. Tentara Jepang yang
berhasil menumbangkan pemerintah kolonial Belanda, merubah pemerintahan ala
militer Jepang.
Dokter
pribumi diangkat sebagai dokter kesatuan militer PETA (Pembela Tanah Air) yang
dilatih keras dan disiplin oleh tentara Jepang. Sementara itu, sekolah dokter
di Jakarta bertambah dengan berdirinya IKADAIGAKU
yang didukung oleh para guru Indonesia.
Perang
pasifik menyebabkan jepang mengalami banyak kerugian. seringkali, masa
pendudukan jepang disebut sebagai masa pancaroba. Masa itu lambat laun berakhir
seiring dengan diproklamirkannya kemerdekaan republik indonesia pada tahun
1945.
Saat
semangat nasional berkobar di seluruh pelosok negeri, pemerintah kembali fokus
pada masalah kesehatan. Sebelum jaman pendudukan Jepang, Belanda merencanakan
pembangunan universitas. namun karena persyaratan pembangunan universitas harus
memiliki minimal lima fakultas, pembangunan itu tertunda.
Setelah
proklamasi kemerdekaan, Belanda kembali datang untuk melanjutkan cita-citanya
membangun universitas. Mulanya universitas itu bernama Nord Universitet, lalu
kemudian berganti nama menjadi Universiteit Van Indonesia. Tahun 1949,
Indonesia meminta Belanda untuk mengembalikan sekolah tinggi itu. Akhirnya,
terjadilah serah terima. Pada tahun itu,
resmi dinyatakan berdirinya Universitas Indonesia.
Perkembangan
ilmu kesehatan telah lama ada di Indonesia. sayangnya saat ini, indeks
kesehatan Indonesia tergolong rendah. Namun, dengan cara hidup sehat, harapan
masyarakat untuk sehat tetap selalu ada.