Kesenjangan pembangunan di negara
Indonesia antara pemerintah pusat di Jakarta dan daerah-daerah lainnya memicu gerakan-gerakan
pemberontakan daerah di luar pulau Jawa. Gerakan-gerakan ini dimotori oleh para
perwira angkatan darat yang tidak cocok dengan politik presiden Soekarno
termasuk kebijakannya dalam merangkul PKI dalam ideologi NASAKOM alias
Nasionalisme, Agama dan Komunis. Aksi mereka bermacam-macam, mulai dari menolak
nyetor pajak ke Jakarta, mencari dana sendiri dari penyelundupan hasil bumi,
memboikot di lokasi, hingga mengambil alih kekuasaan gubernur yang mewakili
pemerintahan pusat.
Ventje Sumual dan para perwira
asal Sulawesi atau Minahasa seperti Jacob Warouw, dan Alex Kawilarang adalah
orang-orang yang memotori gerakan PERMESTA atau Perjuangan Rakyat Semesta. Kekecewaannya
pada orientasi pembangunan pemerintah pusat serta sikap politik Soekarno dan
A.H. Nasution membuat mereka memilih JALAN PEDANG. Pada tanggal 2 maret 1957,
jam 3 dini hari dihadiri 51 orang, ventje samuel memproklamasikan PERMESTA.
Pada tanggal 4 april 1961, Panglima
Komando daerah militer Sulawesi Utara D.J. Somba mewakili pihak PERMESTA
menyerahkan surat kembali ke jalan republik. Inilah akhir dari perjuangan PERMESTA. Di kemudian
hari PERMESTA memberikan trauma di masyarakat Sulawesi Utara. Mereka dicap
sebagai pemberontak. Namun, berkat perjuangan PERMESTA, sudah terlihat
pemerataan di daerah otonomi daerah seluruh Indonesia. Inilah hasil dari deklarasi
dari piagam PERMESTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar